Cerita Putri Taddampali
Oleh
:Eva Delilah
Sore itu, terlihat
segerombolan anak-anak sedang bermain bersama teman-temannya, setelah lelah
mereka beristirahat sambil mengobrol.
Anak 1 :
Besok, kita main apa lagi yah?
Anak 2 :
Mengapa harus besok? Kalau capek kita hilang, kita bisa main permainan yang lain
lagi.
Anak 3 :
Sudah dulu mainnya, aku mau tagih janji (meliril anak 1)
Anak 1 :
Iyya, ada yang mau dengar cerita tentang putri cantik?
Anak 4 :
(mulai antusias) Iyya, cerita apa? Cepat ceritakan.
Anak 1 :
Cerita ini dari kampungku di tanah Wajo, begini ceritanya..
Beberapa anak muncul
menari dan menggambarkan keadaan kerajaan Luwu..
Raja :
Inilah kerajaan Luwu yang jaya, aku memiliki Putri yang sangat cantik.
Muncullah Putri yang
sangat cantik bersama tiga orang dayang-dayangnya. Tapi, tiba-tiba seorang
nenek muncul dan mengutuki sang putri.
Nenek :
Dia akan menghancurkan kerajaan ini, dia akan
membawa aib yang akan mempermalukan
paduka raja.
Raja :
(murka) Apa maksudmu nenek tua? Ini adalah putrid kesayanganku.
Nenek :
Terserah paduka, esok ketika matahari mulai menamppakkan sinarnya, saksikanlah
apa yang akan terjadi..(nenek itu pun pergi)
(Kembali
ke adegan si Anak)
Anak 3 :
Bagaimana cerita selanjutnya kenapa kamu berhenti?
Anak 1 :
Bagi permen dulu..(tersenyum pada anak 3)
Anak 3 :
Dasar kamu, ini permennya.
Anak 4 :
Ayo cepat lanjutkan ceritanya
Anak 2 :
Iyya, kami penasaran nih.
Anak 1 :
Begini cerita selanjutnya, ketika seluruh penghuni kerajaan mulai terbangun
dari tidurnya.
Kata-kata nenek tua itu benar.
Putri muncul dengan
wajah sedih, kulitnya rusak dan wajahnya tidak canti lagi. Para dayangnya pun
terlihat murung. Raja dan Permaisuri turut bersedih.
Raja :
Apa boleh buat anakku, Putri taddampali..untuk mejauhkan kerajaan dari aib, aku
memutuskan untuk memindahkanmu ke negeri sebelah, negeri sebelah belum
berpenghuni, berlayarlah ke sana bersama beberapa pengawal dan dayang kesayanganmu.
Putri :
Tapi ayah, aku sangat mencintai ayah dan ibu. Siapa yang akan menemaniku di negeri sebelah?
Raja :
Maka dari itu anakku, aku menyertakan para dayang dan pengawal untuk menemanimu
dan mengurusi segala keperluanmu di sana. Ini keputusan terbaik dari
ayah.
Dan berangkatlah Putri
bersama para dayang dan pengawalnya, denga penuh kesedihan raja dan permaisuri
melepas kepergian puteri kesayangannya.
(Kembali
ke adegan si Anak)
Anak 1 :
Setelah beberapa hari berlayar, sampailah mereka ke negeri seberang yang belum
berpenghuni itu.
Anak 2 :
Ini, aku punya permen. Sekarang lanjutkan ceritanya (menyerahkan permen pada anak
1)
Anak 1 :
Mereka mulai membangun perkampungan dan memulai kehidupan di sana.
Beberapa dayang menampi
beras dan para pengawal membawa beberapa keranjang berisi sayur. Putri datang
mengahmpiri pengawal yang baru saja datang.
Putri :
Dari mana kalian dapatkan sayur-sayuran ini?
Pengawal 1 : Di ujung desa sana Putri, kami menemukan
banyak tanaman di sana, kami juga
menemukan
banyak pohon wajo di sana Putri.
Putri :
Benarkah? Bagaimana kalau kita namakan kampung kita ini Wajo, yah..Tanah Wajo
karena tempat ini dipenuhi dengan pohon Wajo?
Pengawal 2 : Sangat setuju Putri karena tempat ini
memang belum memiliki nama, bagaimana yang
lain? Setuju?
Semua :
Setujuuu..
Putri : Kalau begitu, bereskan semua
ini dan kita istirahat..hari sudah mulai malam.
Mereka pun membereskan
persediaan makanan, dan beristirahat. (lampu padam). Dan keesokan harinya, para
dayang dan pengawal menjemur padi, setelah itu mereka berpencar mencari
persedian makan dengan membawa keranjang dan bakul. Putri masih tertidur,
tiba-tiba seekor kerbau bule datang dan menyentuh Puteri lalu terbangun. Ketika
terbangun puteri telah sembuh dari penyakit kulitnya, kulit tubuhnya bersih
kembali.
(Adegan
Si Anak)
Anak 4 :
Lalu? Apa yang terjadi?
Anak 2 :
Apa ceritanya sudah habis?
Anak 1 :
Belum, ketika puteri sembuh. Seorang pangeran datang ke tanah Wajo, dan pangeran
tersebut jatuh cinta pada puteri, mereka pun menikah. Dan menempati tanah
Wajo.
Anak 3 :
Ooo, begitu..Jadi kampungmu namanya Wajo, karena waktu itu banyak d temukan
pohon wajo di sana?
Anak 1 :
Iyya, dan kami juga tidak dibolehkan memakan daging kerbau bule, karena kerbau
bule telah menyelamatkan leluhur kami puteri taddampali’.
Anak 3 :
Cerita yang bagus, tapi aku mau berkhayal dulu mereka puterinya menikah.
Puteri muncul bersama
pangeran dan beberapa penari, menari menghibur para dayang dan pengawal.
Anak 1 :
Hei, sudah mengkhayalnya?
Anak 3 :
(kaget) iyya, ayo kita pulang. Ceritamu sudah habis kan?
Anak 1 :
Iyya, karena permen kalian juga sudah habis.
Anak 4 :
Dasar, pantas kamu ompong..
Semua :
Hahahaha
Adzan berkumandang…
Anak 2 :
Sudah, ayo kita pulang dan shalat magrib.
Semua :
Ayo…
Mereka pun pulang..
No comments:
Post a Comment